Rabu, 12 Oktober 2016

Pendekatan Antropologi




PENDEKATAN ANTROPOLOGI

Makalah
Disampaikan pada Seminar Kelas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian Sosial dan Agama
Semester Satu (1) Tahun Akademik 2016/2017
Kelompok 4 (empat)
OLEH:
AHMAD MATHAR
NIM: 80100216002

Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Abd. Qadir Gassing HT., M.S
Prof. Dr. Hj. Muliaty Amin, M.Ag

PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016



A. Pendahuluan
1.   Latar Belakang
Masalah keagamaan merupakan fenomena yang selalu hadir dalam sejarah kehidupan manusia sepanjang zaman dan sama dengan masalah kehidupan lainnya. Perilaku hidup beragama yang amat luas tersebar di permukaan bumi dan dikatakan menjadi bagian dari hidup kebudayaan yang dapat dikembangkan dalam aneka corak yang khas antara suatu lingkup sosial-budaya berbeda dengan lingkup sosial-budaya lainnya. Fenomena keagamaan yang berakumulasi pada pola perilaku manusia dalam kehidupan beragama menjadi menarik untuk dikaji dan diteliti melalui pendekatan antropologi yang memperhatikan terbentuknya pola-pola perilaku dalam tatanan nilai (value) yang dianut dalam kehidupan beragama sebuah masyarakat.
Antropologi merupakan suatu ilmu yang kajiannya terfokus kepada manusia dan kebudayaannya. secara umum dapat dikatakan antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisiknya, masyarakatnya, dan kebudayaannya. Agama yang dipelajari oleh antropologi adalah agama sebagai fenomena budaya, tidak agama yang diajarkan oleh Tuhan. Maka yang menjadi perhatian adalah beragamanya manusia dan masyarakat. Sebagai ilmu sosial, antropologi tidak membahas salah benarnya agama dan segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral.
Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah pendekatan adalah sama dengan metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji. Dengan demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan yang menjadi perhatian tetapi juga mencakup pengertian metode-metode atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.[1]
Melihat penjelasan diatas disini penulis akan mencoba membahasa tentang pendekatan antopologi, karena dalam dunia penelitian pendekatan antropologi merupakan salah satu pendekatan yang terpenting kaitannya dengan dunia penelitian, baik itu dalam bentuk penelitian agama maupun sosial.
2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan permasalahan yang akan dibahas yakni : Apakah yang dimaksud dengan pendekatan antropologi?
B.     Pembahasan
1.      Pengertian Antropologi
Antroplogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari menusia sebagai makhluk biologis, sekaligus makhluk sosial. Ada beberapa pengertian mengenai antropologi, yaitu sebagai berikut:[2]
a.    William A. Havilland mengatakan bahwa antropologi adalah studi mengenai umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keragaman manusia.
b.   David Hunter mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang muncul dari keingintahuan yang tidak terbatas mengenai umat manusia.
c.    Koentjaraningrat mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umummnya dengan mempelajari berbagai warna, bentuk fisik, masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari ketiga  pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai) yang dihasilkan, sehingga setiap manusia satu dengan lainnya berbeda.
2.   Pendekatan Antropologi
Antropologi dalam KBBI[3] didefinisikan sebagai sebuah ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna, bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau. Antropologi sebagai sebuah ilmu kemanusiaan sangat berguna untuk memberikan ruang studi yang lebih elegan dan luas. Sehingga nilai-nilai dan pesan keagamaan bisa disampaikan pada masyarakat yang heterogen.
Dalam pendekatan antropologis, agama bahkan ikut mempengaruhi, baik dalam membentuk stuktur sosial, budaya, ekonomi, politik dan kebijakan umum. Sehingga pendekatan antropolgi merupakan ilmu yang mengkaji manusia dan budayanya. Tujuan antropologi adalah memperoleh pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk, baik di masa lampau maupun sekarang, baik sebagai organisme biologis maupun sebagai makhluk berbudaya.  Oleh karena itu, para antropolog mengkaji sifat-sifat khas fisik manusia serta sifat khas budaya yang dimilikinya.[4] Salah satu konsep terpenting dalam antropologi modern adalah holisme, yakni pandangan bahwa praktik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat yang sedang diteliti. Sebagai contoh, para antropolog harus melihat agama dan praktik-praktik pertanian, kekeluargaan, politik, magik, dan pengobatan “secara bersama-sama”. Maka, agama misalnya tidak bisa dilihat sebagai sistem otonom yang tidak berpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.[5]
Pada umumnya, metode pendekatan antropologi memiliki ciri yakni bahwa objek atau subjek-matternya sekelompok manusia yang meliputi seluruh aspek kebudayaannya, jadi agama tidak diteliti secara sendiri, akan tetapi diteliti dalam kaitannya dengan aspek-aspek budaya yang lain dari sekelompok manusia beragama yang dipelajari tersebut. Lebih kongkretnya objek studi antropologi terhadap agama adalah model-model keagamaan atau bagian dari model-model keagamaan dari suatu kelompok manusia. Yang dimaksud dengan model keagamaan misalnya mite, upacara, totem, magik, dan lain-lain.[6]
Sebagaimana diketahui pendekatan antropologi ini ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaan, dalam hal ini pendekatan antropologi berusaha mencapai pengertian tentang mahluk manusia yang mempelajari keragaman bentuk fisik masyarakat dan kebudayaan. Selain itu, dapat pula dijelaskan bahwasanya dalam pendekatan antropologi kaitannya dengan agama tidak terpisahkan karena dalam konsep untuk mengkaji agama mesti akan menggunakan pendekatan antropologi. Adapun dasar dari pendekatan secara ilmiah mengenai agama ada empat bagian, diantaranya:[7]
a.       Universalitas
Universalitas berarti tanpa mengatakan secara langsung bahwa penghampiran antropologis itu mencangkup keseluruhan agama-agama yang kita ketahui. Bahwa universalitas tidak menolak untuk menerima sesuatu atas dasar “karena pengalaman”, karena “senang beragam”, karena “keturunan” atau semacam pertimbangan-pertimbangan yang tidak ilmiah.
b.      Empirisme
Studi agama dalam antropologi adalah bersifat empiris, karena merupakan hasil riset dari lapangan. Data utama yang dipergunakan untuk menganalisa adalah hasil kumpulan  oleh para antropolog melalui kontak langsung dengan para responden atau para pendukung berbagai macam tradisi kebudayaan.
c.       Komparasi
Melalui komparasi sistematik dari fenomena keagamaan yang serupa. para antropolog sedikit banyak mencoba untuk mencapai generalisasi penuh. Bentuk komparasi juga muncul dalam kaitan yang bersifat historis, serta rentera-remteran evolusi, atau bisa dianggap juga sebagai suatu dasar pengambilan tipologi.
d.      Objektifitas
Di kalangan studi agama secara antropologis menuntut bahwa seorang peneliti harus objektif dan tidak memihak. Sebagai seorang antropolog ia tidak berminat pada masalah kemungkinan benar ataupun palsunya kepercayaan tertentu. Namun ia berminat pada adanya kepercayaan itu serta pentingnya kepercayaan-kepercayaan.
Keempat prinsip-prinsip tersebut setelah dipadukan dengan pendekatan dengan penerapan konsep kebudayaan adalah merupakan dasar metode antropologi. Para antropolog menggunakan metode-metode tersebut tidak hanya mengkaji kelompok-kelompok masyarakat tertentu, tetapi juga dalam banyak hal para antropolog mengalihkan perhatiannya pada salah satu fenomena seperti: bahasa, organisasi pertalian keluarga, ataupun agama. Dengan demikian mereka telah mengembangkan pengkajian yang ada di lapangan. Oleh karena itu, penyelidik atau peneliti agama secara antopologis memberikan pengertian tidak hanya di dalam masalah tabiat pembawaan agama itu sendiri, akan tetapi dalam berbagai macam lembaga-lembaga budaya, dalam tingkah laku manusia, dan pola-pola interaksi serta dalam sejarah manusia.[8] Dalam pengertian lain, penelitian agama dalam pendekatan antropologi bukanlah meneliti hakekat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti manusia sebagai perilaku yang menghayati, meyakini, dan menjalankan perintah (berperilaku) terhadap ajaran agama. Penelitian agama dalam pandangan ilmu sosial adalah mengkaji bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial, berdasarkan fakta atau realitas sosial-kultural.[9]
3.      Metode dalam Pendekatan Antropologi
Diantara metode pendekatan antropologi ialah: metode deskriptif, komparasi, studi kasus, etnografis, dan survey.
-       Metode deskkriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki;
-       Metode komparasi dapat dilakukan untuk membandingkan antara dua hal yang berbeda atau tidak ada hubungan sama sekali;
-       Studi kasus adalah  suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik;
-       Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok;
-       Survei (survey) atau lengkapnya self-administered survey ialah metode mengumpulkan data primer dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu.
Adapun tentang objek studi pendekatan antropologi, menurut Anthony Jackcon, ada empat kelompok:[10]
1.   Modus pemikiran primitif yang meliputi masalah kepercayaan, rasionalitas, dan klasifikasi system;
2.   Bagaimana pemikiran dan persaan dikomunikasikan;
3.   Teori dan praktek keagamaan yang biasanya topik sentralnya adalah ritus.
4.   Praktek ritual sampingan, seperti soal magik, ekstase, dan orakel.
Walaupun begitu banyak macam-macam objek kajiannya, tetapi kesemuanya harus dipelajari secara utuh dalam kaitannya dengan aspek-aspek budaya yang lain. Penelitian antropologi biasanya memerlukan waktu lama sehingga dipergunakan teknik partisipan observation dengan melakukan interview secara berulang-ulang. Hal yang menjadi kesukaran dalam penelitian antropologi biasanya masalah bahasa. Para peneliti biasanya harus mempelajari terlebih dahulu bahasa orang yang akan diteliti keagamaannya dengan cara hidup ditengah-tengah mereka untuk beberapa lama. Karena peneliti mempunyai bahasa dan istilah-istilah sendiri yang tumbuh dari peradabannya, sedangkan kelompok manusia yang diteliti mempunyai bahasa sendiri pula yang tentu saja mempunyai kata-kata dan istilah-istilah yang tumbuh dalam alam kebudayaan dan peradabannya, padahal latar belakang kebudayaan dan peradapan sering sangat berbeda.
C.    Penutup
1.   Kesimpulan
Pendekatan antropologi secara sederhana ialah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaan, dalam hal ini pendekatan antropologi berusaha mencapai pengertian tentang mahluk manusia yang mempelajari keragaman bentuk fisik masyarakat dan kebudayaan. Selain itu, dapat pula dijelaskan bahwasanya dalam pendekatan antropologi kaitannya dengan agama tidak terpisahkan karena dalam konsep untuk mengkaji agama mesti akan menggunakan pendekatan antropologi.


Daftar Pustaka
Suparlan, Arsudi, “Agama Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi”, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam; Tinjauan antar Disiplin Ilmu. Cet. I; Bandung: Nuansa  dan Pusjarlit, 1998.
Arifin, Tajul, Pengantar Antropologi, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV. Cet. I; Jakarta PT Gramedi Pustaka, 2008.
Ghazali, Adeng Muchtar, Ilmu Studi Agama. Bandung:Pustaka Setia, 2005.
Connolly, Peter, ed., Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: LkiS, 1999.
Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama: Suatu Pengantar Awal, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996.
Daradjat, Zakiah, dkk, Perbandingan Agama 1, Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Depag RI, 1982.
Abdullah, Taufik dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989.




[1]Arsudi Suparlan, “Agama Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi”, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam; Tinjauan antar Disiplin Ilmu (Cet. I; Bandung: Nuansa  dan Pusjarlit, 1998), h. 110.
[2]Tajul Arifin, Pengantar Antropologi (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h.13.
[3]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Cet. I; Jakarta PT Gramedi Pustaka, 2008), h.80.
[4]Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Studi Agama (Bandung:Pustaka Setia, 2005), h. 113.
[5]Peter Connolly, ed., Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LkiS, 1999), h. 34.
[6]Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama: Suatu Pengantar Awal (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 120.
[7]Zakiah Daradjat dkk, Perbandingan Agama 1 (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Depag RI, 1982), h. 3-4.
[8]Zakiah Daradjat dkk, Perbandingan Agama 1, h. 5.
[9]Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), h. 1.
[10]Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama: Suatu Pengantar Awal, h.120.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar