PENDEKATAN
ANTROPOLOGI
Makalah
Disampaikan
pada Seminar Kelas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian Sosial dan Agama
Semester Satu
(1) Tahun Akademik 2016/2017
Kelompok 4 (empat)
OLEH:
AHMAD MATHAR
NIM:
80100216002
Dosen
Pemandu:
Prof. Dr. H. Abd. Qadir Gassing HT., M.S
Prof. Dr. Hj. Muliaty Amin, M.Ag
PROGRAM
PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Masalah
keagamaan merupakan fenomena yang selalu hadir dalam sejarah kehidupan manusia
sepanjang zaman dan sama dengan masalah kehidupan lainnya.
Perilaku hidup beragama yang amat luas tersebar di permukaan bumi dan dikatakan
menjadi bagian dari hidup kebudayaan
yang dapat
dikembangkan dalam aneka corak yang khas antara suatu lingkup sosial-budaya
berbeda dengan lingkup sosial-budaya lainnya. Fenomena keagamaan yang berakumulasi
pada pola perilaku manusia dalam kehidupan beragama menjadi menarik untuk
dikaji dan diteliti melalui pendekatan antropologi yang memperhatikan
terbentuknya pola-pola perilaku dalam tatanan nilai (value) yang dianut
dalam kehidupan beragama sebuah masyarakat.
Antropologi merupakan suatu ilmu yang
kajiannya terfokus kepada manusia dan kebudayaannya. secara umum dapat
dikatakan antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dari segi
keragaman fisiknya, masyarakatnya, dan kebudayaannya. Agama yang dipelajari oleh antropologi adalah agama sebagai
fenomena budaya, tidak agama yang diajarkan oleh Tuhan. Maka yang menjadi
perhatian adalah beragamanya manusia dan masyarakat. Sebagai ilmu sosial,
antropologi tidak membahas salah benarnya agama dan segenap perangkatnya,
seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral.
Dalam dunia ilmu
pengetahuan makna dari istilah pendekatan adalah sama dengan metodologi, yaitu
sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi
perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga
mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau
pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang
dikaji. Dengan demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya
diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan yang
menjadi perhatian tetapi juga mencakup pengertian metode-metode atau
teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.[1]
Melihat penjelasan diatas disini penulis akan mencoba
membahasa tentang pendekatan antopologi, karena dalam dunia penelitian
pendekatan antropologi merupakan salah satu pendekatan yang terpenting
kaitannya dengan dunia penelitian, baik itu dalam bentuk penelitian agama
maupun sosial.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dikemukakan permasalahan yang akan dibahas yakni : Apakah yang dimaksud dengan pendekatan antropologi?
B.
Pembahasan
1. Pengertian
Antropologi
Antroplogi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia, dan logos yang
berarti ilmu. Antropologi mempelajari menusia sebagai makhluk biologis,
sekaligus makhluk sosial. Ada beberapa pengertian mengenai antropologi, yaitu
sebagai berikut:[2]
a.
William A. Havilland mengatakan
bahwa antropologi adalah studi mengenai umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keragaman manusia.
b.
David Hunter mengatakan bahwa
antropologi adalah ilmu yang muncul dari keingintahuan yang tidak terbatas
mengenai umat manusia.
c.
Koentjaraningrat mengatakan bahwa
antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umummnya dengan
mempelajari berbagai warna, bentuk fisik, masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.
Dari ketiga
pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa antropologi adalah
ilmu yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisik serta kebudayaan
(cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai) yang dihasilkan,
sehingga setiap manusia satu dengan lainnya berbeda.
2. Pendekatan Antropologi
Antropologi dalam KBBI[3]
didefinisikan sebagai sebuah ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul,
aneka warna, bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau.
Antropologi sebagai sebuah ilmu kemanusiaan sangat berguna untuk memberikan
ruang studi yang lebih elegan dan luas. Sehingga nilai-nilai dan pesan
keagamaan bisa disampaikan pada masyarakat yang heterogen.
Dalam pendekatan antropologis, agama bahkan
ikut mempengaruhi, baik dalam membentuk stuktur sosial, budaya, ekonomi, politik dan kebijakan umum. Sehingga
pendekatan antropolgi merupakan ilmu yang mengkaji
manusia dan budayanya. Tujuan antropologi adalah memperoleh pemahaman totalitas
manusia sebagai makhluk, baik di masa lampau maupun sekarang, baik sebagai
organisme biologis maupun sebagai makhluk berbudaya. Oleh karena itu, para antropolog mengkaji
sifat-sifat khas fisik manusia serta sifat khas budaya yang dimilikinya.[4]
Salah satu konsep terpenting dalam antropologi modern adalah holisme, yakni
pandangan bahwa praktik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara
esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat
yang sedang diteliti. Sebagai contoh, para antropolog harus melihat agama dan
praktik-praktik pertanian, kekeluargaan, politik, magik, dan pengobatan “secara
bersama-sama”. Maka, agama misalnya tidak bisa dilihat sebagai sistem otonom
yang tidak berpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.[5]
Pada umumnya,
metode pendekatan antropologi memiliki ciri yakni bahwa objek atau subjek-matternya sekelompok manusia yang
meliputi seluruh aspek kebudayaannya, jadi agama tidak diteliti secara sendiri,
akan tetapi diteliti dalam kaitannya dengan aspek-aspek budaya yang lain dari
sekelompok manusia beragama yang dipelajari tersebut. Lebih kongkretnya objek
studi antropologi terhadap agama adalah model-model keagamaan atau bagian dari
model-model keagamaan dari suatu kelompok manusia. Yang dimaksud dengan model
keagamaan misalnya mite, upacara, totem, magik, dan lain-lain.[6]
Sebagaimana diketahui pendekatan antropologi ini ilmu yang mempelajari tentang manusia dan
kebudayaan, dalam hal ini pendekatan antropologi berusaha mencapai pengertian
tentang mahluk manusia yang mempelajari keragaman bentuk fisik masyarakat dan
kebudayaan. Selain itu, dapat pula dijelaskan
bahwasanya dalam pendekatan antropologi kaitannya dengan agama tidak
terpisahkan karena dalam konsep untuk mengkaji agama mesti akan menggunakan
pendekatan antropologi. Adapun dasar dari
pendekatan secara ilmiah mengenai agama ada empat bagian, diantaranya:[7]
a.
Universalitas
Universalitas berarti tanpa mengatakan
secara langsung bahwa penghampiran antropologis itu mencangkup keseluruhan
agama-agama yang kita ketahui. Bahwa universalitas tidak menolak untuk menerima
sesuatu atas dasar “karena pengalaman”, karena “senang beragam”, karena
“keturunan” atau semacam pertimbangan-pertimbangan yang tidak ilmiah.
b.
Empirisme
Studi agama
dalam antropologi adalah bersifat empiris, karena merupakan hasil riset dari
lapangan. Data utama yang dipergunakan untuk menganalisa adalah hasil
kumpulan oleh para antropolog melalui
kontak langsung dengan para responden atau para pendukung berbagai macam
tradisi kebudayaan.
c.
Komparasi
Melalui
komparasi sistematik dari fenomena keagamaan yang serupa. para antropolog
sedikit banyak mencoba untuk mencapai generalisasi penuh. Bentuk komparasi juga
muncul dalam kaitan yang bersifat historis, serta rentera-remteran evolusi,
atau bisa dianggap juga sebagai suatu dasar pengambilan tipologi.
d.
Objektifitas
Di kalangan
studi agama secara antropologis menuntut bahwa seorang peneliti harus objektif
dan tidak memihak. Sebagai seorang antropolog ia tidak berminat pada masalah
kemungkinan benar ataupun palsunya kepercayaan tertentu. Namun ia berminat pada
adanya kepercayaan itu serta pentingnya kepercayaan-kepercayaan.
Keempat
prinsip-prinsip tersebut setelah dipadukan dengan pendekatan dengan penerapan konsep kebudayaan adalah merupakan dasar metode
antropologi. Para antropolog menggunakan metode-metode tersebut tidak hanya
mengkaji kelompok-kelompok masyarakat tertentu, tetapi juga dalam banyak hal
para antropolog mengalihkan perhatiannya pada salah satu fenomena seperti:
bahasa, organisasi pertalian keluarga, ataupun agama. Dengan demikian mereka
telah mengembangkan pengkajian yang ada di lapangan. Oleh karena itu,
penyelidik atau peneliti agama secara antopologis memberikan pengertian tidak
hanya di dalam masalah tabiat pembawaan agama itu sendiri, akan tetapi dalam
berbagai macam lembaga-lembaga budaya, dalam tingkah laku manusia, dan
pola-pola interaksi serta dalam sejarah manusia.[8]
Dalam
pengertian lain, penelitian agama dalam pendekatan antropologi bukanlah
meneliti hakekat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti manusia sebagai
perilaku yang menghayati, meyakini, dan menjalankan perintah (berperilaku)
terhadap ajaran agama. Penelitian agama dalam pandangan ilmu sosial adalah
mengkaji bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial,
berdasarkan fakta atau realitas sosial-kultural.[9]
3.
Metode
dalam Pendekatan Antropologi
Diantara metode pendekatan antropologi ialah: metode deskriptif, komparasi, studi kasus,
etnografis, dan survey.
-
Metode deskkriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki;
-
Metode
komparasi dapat dilakukan untuk membandingkan antara dua hal yang berbeda atau
tidak ada hubungan sama sekali;
-
Studi
kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara
integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya
dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik;
-
Etnografi
adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik,
misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang
kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian
perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok;
-
Survei
(survey) atau lengkapnya self-administered
survey ialah metode mengumpulkan data primer dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu.
1.
Modus pemikiran primitif yang meliputi masalah
kepercayaan, rasionalitas, dan klasifikasi system;
2.
Bagaimana pemikiran dan persaan dikomunikasikan;
3.
Teori dan praktek keagamaan yang biasanya topik
sentralnya adalah ritus.
4.
Praktek ritual sampingan, seperti soal magik, ekstase,
dan orakel.
Walaupun begitu
banyak macam-macam objek kajiannya, tetapi kesemuanya harus dipelajari secara
utuh dalam kaitannya dengan aspek-aspek budaya yang lain. Penelitian
antropologi biasanya memerlukan waktu lama sehingga dipergunakan teknik partisipan observation dengan melakukan
interview secara berulang-ulang. Hal yang menjadi kesukaran dalam penelitian
antropologi biasanya masalah bahasa. Para peneliti biasanya harus mempelajari
terlebih dahulu bahasa orang yang akan diteliti keagamaannya dengan cara hidup
ditengah-tengah mereka untuk beberapa lama. Karena peneliti mempunyai bahasa
dan istilah-istilah sendiri yang tumbuh dari peradabannya, sedangkan kelompok
manusia yang diteliti mempunyai bahasa sendiri pula yang tentu saja mempunyai
kata-kata dan istilah-istilah yang tumbuh dalam alam kebudayaan dan
peradabannya, padahal latar belakang kebudayaan dan peradapan sering sangat berbeda.
C.
Penutup
1.
Kesimpulan
Pendekatan
antropologi secara sederhana ialah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaan, dalam hal ini pendekatan
antropologi berusaha mencapai pengertian tentang mahluk manusia yang
mempelajari keragaman bentuk fisik masyarakat dan kebudayaan. Selain itu, dapat pula dijelaskan bahwasanya dalam pendekatan
antropologi kaitannya dengan agama tidak terpisahkan karena dalam konsep untuk
mengkaji agama mesti akan menggunakan pendekatan antropologi.
Daftar
Pustaka
Suparlan, Arsudi, “Agama Islam:
Tinjauan Disiplin Antropologi”, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam;
Tinjauan antar Disiplin Ilmu. Cet. I; Bandung: Nuansa dan Pusjarlit, 1998.
Arifin, Tajul, Pengantar Antropologi,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV. Cet. I;
Jakarta PT Gramedi Pustaka, 2008.
Ghazali, Adeng Muchtar, Ilmu Studi
Agama. Bandung:Pustaka Setia, 2005.
Connolly,
Peter, ed., Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: LkiS, 1999.
Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan
Agama: Suatu Pengantar Awal, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1996.
Daradjat,
Zakiah, dkk, Perbandingan Agama 1, Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN,
Depag RI, 1982.
Abdullah,
Taufik dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1989.
[1]Arsudi Suparlan, “Agama Islam:
Tinjauan Disiplin Antropologi”, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam;
Tinjauan antar Disiplin Ilmu (Cet. I; Bandung: Nuansa dan Pusjarlit, 1998), h. 110.
[2]Tajul Arifin, Pengantar
Antropologi (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h.13.
[3]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Cet. I; Jakarta PT Gramedi Pustaka,
2008), h.80.
[4]Adeng Muchtar
Ghazali, Ilmu Studi Agama
(Bandung:Pustaka Setia, 2005), h. 113.
[6]Romdon,
Metodologi Ilmu Perbandingan Agama: Suatu
Pengantar Awal (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 120.
[7]Zakiah
Daradjat dkk, Perbandingan Agama 1
(Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Depag RI, 1982), h.
3-4.
[9]Taufik
Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi
Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), h. 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar